Sebuah Peraduan Rindu

Aku merindukanmu dengan cara yang paling halus, seperti angin yang mencium pucuk-pucuk daun,tanpa pernah mengaku bahwa ia singgah.

Rinduku datang perlahan,mengisi setiap celah malam dengan bayang wajahmu, yang tak pernah lelah menari di pikiranku.

Ada sesuatu dari senyummu, yang membuat dunia seakan berhenti berputar,membiarkanku jatuh sedikit lebih jauh ke dalam semesta yang tidak pernah kumiliki.

Aku mencintaimu dengan cara yang sunyi,tapi rasa ini tumbuh seperti bunga liar, tidak kau tanam, namun tetap mekar. 

Betapa romantisnya rindu ini, walau ia terlahir dari keterbatasan antar jarak , keadaan, dan peraduan namun ia mampu selalu melukiskan keindahan senyum mu di relung jiwa ini. 

Aku merindukanmu seperti senja merindukan malam, ia mengetahui kapan harus pergi dan diam, agar langit malam bisa bercahaya oleh bintang yang lain dan sudah pasti itu bukan dirinya.


Meski Kau telah menjadi miliknya dan masih bersamanya ,kan ku jaga perasaan ini agar tidak mengganggu rencana semesta yang sebetulnya itu adalah rahasia Tuhan kita. tapi izinkanlah aku menyimpan sewarna kecil cahaya darimu, agar aku tetap bisa berjalan menyusuri gelap nya takdir ku. 

Sebuah cahaya yang dulu secara diam-diam menyelinap ke lipatan jiwaku, tanpa sengaja dan tanpa rencana. 

Kadang aku bermimpi, andaikan waktu bisa lebih lembut pada kita, bisakah kita bersama dalam satu cinta ?Namun kenyataannya itu adalah hal yang tak bisa ku ubah, seperti buku yang memang sudah di tuliskan rincian takdir nya. 

Tetapi rindu ini…ia tetap menyulam namamu di dadaku,dengan benang-benang halus yang tak bisa kupotong tanpa mengoyakkan diriku sendiri.

Dan aku membiarkannya—karena mencintaimu, meski dalam diam,adalah cara paling lembut yang pernah kutemukan untuk tetap merasa hidup.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Siapa Bapak Pandu Indonesia ?

Kumpulan Lagu-Lagu Pramuka

Alasan Warna Pakaian Pramuka