Hai, perkenalkan namaku Fendy Rahman, laki-laki yang lahir di
Alalak Barito Kuala Kalimantan Selatan pada tanggal 05 Maret di tahun 1992.
Terlahir dari pasangan Hadriansyah & Masinah, aku mempunyai kembaran
seorang perempuan, kakak laki-laki satu ibu beda ayah, dan adik laki-laki satu
ayah beda ibu. Melalui sebuah coretan yang ku rangkai menjadi sebuah cerita ini
aku ingin mengisahkan sebuah perjalanan kehidupan tentang diriku, semoga kisah
ini juga akan menjadi kenangan akan masa lalu yang tak terlupakan.
Part 1
∞Hari Kelahiran Sekaligus Perpisahan∞
Tiada rasa yang membahagiakan selain meyambut
kelahiran seorang anak, begitu pula yang dirasakan ibuku. Dengan berlinang air
mata bercampur haru menyambut kelahiranku begitu pula orang-orang disekitar
yang mengucap Alhamdulilah tanda selamat datang kepadaku, rupanya air mata
kebahagiaan itu tercampur lagi dengan ekpresi mengejutkan setelah seorang bidan
kampung mengatakan bahwa masih ada 1 bayi lagi , ternyata aku ditemani seorang
kembaran saat hadir kedunia ini, saat itu aku hanya bisa menangis dan menangis
, ibuku lah yang menenangkan saat itu ‘nak ini ibumu’ kata-kata itu sontak
membuat tangisku terhenti , bayi yang kecil mungil dan lemah itu seakan
mengerti apa yang dikatakan seorang wanita yang sedang membelai nya penuh kasih
sayang dan cinta kasih. Perjuangan ibuku untuk melahirkan kembaranku ternyata
lebih sulit daripada saat pertama kali melahirkan diriku, beberapa orang
menyarankan ibuku dibawa kerumah sakit untuk mendapat penanganan medis, namun
ibu ku tidak mau ,dia tidak ingin merepotkan orang lain dan ingin menghadapi
kesulitan itu sendiri dengan di dampingi suami nya tercinta Ayahku. Sudah
berjam-jam kembaranku belum juga keluar, entah berapa banyak sudah ibuku
mendapat kompresan dari air hangat di kening nya yang lembut itu, matanya yang
sudah sayu seakan rasa sakit itu merenggut nyawanya, setelah hampir sehari
semalam akhirnya lahirlah seorang perempuan , gadis yang ditakdirkan menjadi
saudari kembarku. Dengan penuh suka cita orang-orang yang hadir penuh bahagia
menyambut kehadirannya dan ibuku juga tersenyum bahagia sambil membelai kulit
lembut bayi kembar mungil ini, ayahku pun juga tersenyum sambil menggendong aku
dan kembaranku secara bergantian, orang-orang pun tak jenuh nya melihat diriku
dan kembaranku. Lalu keheningan tiba-tiba hadir mengisi disetiap penjuru
ruangan dimana aku dilahirkan, ketika ibuku memegang tangan ayahku dengan mata
sayu dia berkata “Aku sudah mengambulkan keinginanmu, memberi kamu anak, Tolong
jaga dan rawat dia dengan penuh kasih sayang” tak berapa lama ibuku pun
menghembuskan nafas terakhirnya, kebehagiaan itu pun diselingi duka yang
mendalam , air mata yang keluar dan suara tangisan sudah tidak bisa dikenali
apakah bahagia karena kehadiranku atau karena kepergian ibuku.
∞∞
Berita kematian ibuku pun akhirnya sampai
ketelinga nenek ku (Ibu dari ibuku) yang tinggal di jorong, berita itupun juga
menghentak kesedihan nenek ku, dengan tergesa-gesa nenekku berangkat dari
jorong ke alalak untuk bertemu ibuku sebelum dikuburkan, rupanya berita itu
terlambat datang setelah 3 hari berlalu baru lah berita itu sampai ke keluarga
ku yang dijorong dan ibuku sudah dikuburkan, nenek ku mengira ibuku meninggal
bersama dengan bayi yang dikandung setelah sampai di sana dia pun melihat aku
bersama kembaranku di atas tikar , lalu dia pun menggendong aku dan kembaranku
secara bergantian, sebutir demi sebutir air matanya terjatuh karena haru akan
kehadiranku dan sedih karena di tinggalkan oleh ibuku, nenek ku pun membawa aku
dan kembaranku pulang ke jorong, saat itu ayahku juga ikut ke sana.
Hari berganti hari dan bulan pun juga berganti,
tak terasa umurku sudah menginjak 3 bulan seteah kepergian ibuku yang ternyata
hari itu adalah hari dimana seorang ayah mengingkari janji nya meninggalkan
tanggung jawabnya, dia pergi meninggalkan aku dan kembaranku tanpa pamit tanpa
sepatah katapun. Aku yang masih berumur 3 bulan mana mengerti dengan keadaan
itu, makan minum dan sebagainya pun belum bisa apalagi mengerti arti
ditinggalkan. Sangat lama sekali ayahku pergi dan tak kembali hingga suatu hari
datang suatu kabar bahwa ayah ku telah meninggal dunia namun yang memberi kabar
itu tidak mengatakan dimana alamatnya sehingga keluarga ku tidak ada yang
kesana, selama aku dibesarkan nenek ku , keluarga dari ayahkupun tidak pernah
menjengukku atau melihat keadaan ku , seakan mereka juga lupa terhadapku. 5
bulan setelah menghilangnya ayahku, tepat di umurku ke 8 bulan rupanya Allah
mengambil kembali saudariku, dia harus meregang nyawa karena sakit yang di
deranya dan kini aku pun sendiri hanya sendiri bersama nenek tercinta yang
merawatku dengan penuh kasih sayang.馃挀
0 Pemandiran