∞Masa
Kecil Sebelum Bersekolah∞
Semenjak
Kepergian Ayahku, nenek ku lah yang membesarkan aku dan kembaranku, dia merawat
kami dengan penuh cinta dan kasih sayang, tentu hal itu juga penuh pengorbanan.
Keadaan ekonomi keluarga kami yang memperihatinkan dibawah kata cukup sementara
kebutuhan akan memenuhi penghidupanku sangatlah besar, jika orang pernah
merasakan ASI (Air Susu Ibu) namun aku tidak pernah merasakannya, yang ku minum
hanyalah susu kaleng merk Enak itupun jika nenekku punya cukup uang membeli
nya, jika tidak maka nenek ku membuat air beras (Saat Menanak Nasi) sedikit
demi sedikit di ambil dengan sendok kemudian dicampur sedikit gula, mungkin
lebih banyak minum air ini ketimbang Susu Kaleng itu,. Keadaan yang terus
seperti ini, membuat kekebalan tubuh kembaranku menurun, dia jatuh sakit hingga
sakit itu merenggut nyawanya. Meski aku juga hidup seperti kembaranku namun
rupanya kekebalan tubuh ku lebih kuat daripada kembaranku ituu terbukti karena
aku yang jarang sakit.
∞∞
Keseharian
nenekku hanyalah seorang petani, hampir setiap hari aku dibawanya ke sawah naik
kereta peninggalan kakekku yang ditarik oleh seekor sapi putih. Selain tinggal
bersama nenekku aku juga tinggal bersama Bibi, Paman, dan seorang Kakak laki-laki
satu ibu beda ayah. Sebelum ibuku menikah dengan ayahku, ibuku sudah pernah
menikah sebelumnya dan mempunyai seorang anak yaitu kakak ku namun karena
beberapa sebab sehingga perceraian tidak bisa dihindarkan kemudian ibuku
menikah dengan ayahku. Kakak ku sangatlah sayang kepadaku, semasa kecil dia
selalu menjagaku, melindungikku, dan perhatian kepadaku, umur kami selisih 2
tahun sehingga dia bisa menjadi kakak yang baik. Tak sedikit masalah kehidupan
yang kami hadapi, sapi yang selalu mengantarkan kami ke sawah harus kami jual
karena dia sudah berumur senja dan tidak kuat lagi membawa kami , sapi itu
ditukarkan nenekku dengan seekor kerbau. Kemudian akupun mulai beradaptasi
dengan kerbau tersebut, bagiku dia adalah teman yang juga bisa membawa kemana
aku pergi.
∞∞
Sejak
kecil aku sudah diajarkan tentang pengetahuan keagamaan, tiap malam aku dan
kakakku pergi kerumah tetangga yang menjadi guru mengajiku, sedikit demi
sedikit akupun mulai bisa membaca huruf Hijaiyah (Arab) mulai dari belajar iqro
hingga sampai bisa membaca Al-Qur’an, dalam hal ini akulah yang paling rajin
mengikuti pelajaran ngaji, sedangkan kakakku dia malas turun dan sering bolos
sehingga aku lebih bisa daripada dia meskipun umurku dibawah kakakku. Nenekku
juga sering mengajakku memancing, jika ada rezki maka berarti kami makan nasi
dan lauk jika tidak ada maka yang kami makan hanyalah nasi dan garam, aku tidak
pernah protes atau minta lebih dari itu aku hanya menjalani keseharianku secara
normal layaknya orang kampung, entah berapa kalimat wejangan yang sudah nenekku
ajarkan kepadaku mulai dari bagaimana mensyukuri hidup hingga bagaimana
bertahan hidup.
∞∞
Suatu
hari ketika dipersawahan, waktu itu aku baru pertama kalinya bisa berjalan kaki
, aku sangat senang kesana kemari, pamanku dan nenekku sedang membersihkan area
sawah dan membakar tumpukan kayu, banyak abu yang beterbangan dan aku suka
sekali menangkap abu-abu itu beberapa kali nenekku menegur aku dan memintaku
menjauh hingga akhirnya sebuah kejadian menimpaku, rasa penasaran dan rasa
ingin tahu membuat ku berjalan menuju sumber abu dan masuk kedalam nya sehingga
kaki ku melepuh dan terbakar, nenekku yang melihat ku langsung mengambil aku
dan mengendong aku sambil berlari dari sawah munuju rumahku, aku hanya bisa
menangis kesakitan, sesampainya dirumah nenekku langsung merabahkan aku dan
mengobati luka bakar ku tidak ada biaya untuk kepuskemas dan jarak nya juga
lumayan jauh, sehingga pengobatan dilakukan oleh nenekku sendiri, aku tidak
tahu persis seperti dia mengobati. Akibat kejadian itu kakiku menjadi berbeda
dari teman-temanku namun aku tidak pernah malu untuk menunjukannya.
0 Pemandiran