Rabu, 21 Agustus 2019

Permulaan Kehidupan


∞Masa Kecil Sebelum Bersekolah∞
Semenjak Kepergian Ayahku, nenek ku lah yang membesarkan aku dan kembaranku, dia merawat kami dengan penuh cinta dan kasih sayang, tentu hal itu juga penuh pengorbanan. Keadaan ekonomi keluarga kami yang memperihatinkan dibawah kata cukup sementara kebutuhan akan memenuhi penghidupanku sangatlah besar,  jika orang pernah merasakan ASI (Air Susu Ibu) namun aku tidak pernah merasakannya, yang ku minum hanyalah susu kaleng merk Enak itupun jika nenekku punya cukup uang membeli nya, jika tidak maka nenek ku membuat air beras (Saat Menanak Nasi) sedikit demi sedikit di ambil dengan sendok kemudian dicampur sedikit gula, mungkin lebih banyak minum air ini ketimbang Susu Kaleng itu,. Keadaan yang terus seperti ini, membuat kekebalan tubuh kembaranku menurun, dia jatuh sakit hingga sakit itu merenggut nyawanya. Meski aku juga hidup seperti kembaranku namun rupanya kekebalan tubuh ku lebih kuat daripada kembaranku ituu terbukti karena aku yang jarang sakit.
∞∞
Keseharian nenekku hanyalah seorang petani, hampir setiap hari aku dibawanya ke sawah naik kereta peninggalan kakekku yang ditarik oleh seekor sapi putih. Selain tinggal bersama nenekku aku juga tinggal bersama Bibi, Paman, dan seorang Kakak laki-laki satu ibu beda ayah. Sebelum ibuku menikah dengan ayahku, ibuku sudah pernah menikah sebelumnya dan mempunyai seorang anak yaitu kakak ku namun karena beberapa sebab sehingga perceraian tidak bisa dihindarkan kemudian ibuku menikah dengan ayahku. Kakak ku sangatlah sayang kepadaku, semasa kecil dia selalu menjagaku, melindungikku, dan perhatian kepadaku, umur kami selisih 2 tahun sehingga dia bisa menjadi kakak yang baik. Tak sedikit masalah kehidupan yang kami hadapi, sapi yang selalu mengantarkan kami ke sawah harus kami jual karena dia sudah berumur senja dan tidak kuat lagi membawa kami , sapi itu ditukarkan nenekku dengan seekor kerbau. Kemudian akupun mulai beradaptasi dengan kerbau tersebut, bagiku dia adalah teman yang juga bisa membawa kemana aku pergi.
∞∞
Sejak kecil aku sudah diajarkan tentang pengetahuan keagamaan, tiap malam aku dan kakakku pergi kerumah tetangga yang menjadi guru mengajiku, sedikit demi sedikit akupun mulai bisa membaca huruf Hijaiyah (Arab) mulai dari belajar iqro hingga sampai bisa membaca Al-Qur’an, dalam hal ini akulah yang paling rajin mengikuti pelajaran ngaji, sedangkan kakakku dia malas turun dan sering bolos sehingga aku lebih bisa daripada dia meskipun umurku dibawah kakakku. Nenekku juga sering mengajakku memancing, jika ada rezki maka berarti kami makan nasi dan lauk jika tidak ada maka yang kami makan hanyalah nasi dan garam, aku tidak pernah protes atau minta lebih dari itu aku hanya menjalani keseharianku secara normal layaknya orang kampung, entah berapa kalimat wejangan yang sudah nenekku ajarkan kepadaku mulai dari bagaimana mensyukuri hidup hingga bagaimana bertahan hidup.
∞∞

Suatu hari ketika dipersawahan, waktu itu aku baru pertama kalinya bisa berjalan kaki , aku sangat senang kesana kemari, pamanku dan nenekku sedang membersihkan area sawah dan membakar tumpukan kayu, banyak abu yang beterbangan dan aku suka sekali menangkap abu-abu itu beberapa kali nenekku menegur aku dan memintaku menjauh hingga akhirnya sebuah kejadian menimpaku, rasa penasaran dan rasa ingin tahu membuat ku berjalan menuju sumber abu dan masuk kedalam nya sehingga kaki ku melepuh dan terbakar, nenekku yang melihat ku langsung mengambil aku dan mengendong aku sambil berlari dari sawah munuju rumahku, aku hanya bisa menangis kesakitan, sesampainya dirumah nenekku langsung merabahkan aku dan mengobati luka bakar ku tidak ada biaya untuk kepuskemas dan jarak nya juga lumayan jauh, sehingga pengobatan dilakukan oleh nenekku sendiri, aku tidak tahu persis seperti dia mengobati. Akibat kejadian itu kakiku menjadi berbeda dari teman-temanku namun aku tidak pernah malu untuk menunjukannya.
Load disqus comments

0 Pemandiran